Pencemaran DAS Citarum tidak terlepas dari ulah tangan-tangan serakah yang mencoba mengeduk keuntungan produksi masal tanpa memperdulikan lingkungan. Suara bising pabrik-pabrik industri melatarbelakangi wilayah Majalaya, suara itu masih dapat ditolerir. Tetapi limbah industri seringkali dibuang langsung ke sungai tanpa proses pengolahan terlebih dahulu, menjadi sesuatu yang tidak bisa ditolerir lagi. Dunia internasional pun mengetahui bahwa pengolahan limbah diperlukan sampai batas yang aman untuk kemudian dibuang ke aliran air. Kini dunia internasional juga mencatat bahwa DAS Citarum merupakan 10 besar sungai di dunia yang terpolusi.
Orang yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan akan memancarkan aura yang berbeda. Demikian pendapat seorang teman ketika membicarakan tentang sosok orang-orang yang mampu menjadi sosok tokoh di masyarakatnya. Seorang Iwan Fals tidak akan menjadi panutan masyakat apabila dia tidak memiliki komitmen untuk melakukan kritik terhadap penguasa, atau seorang Thomas Alfa Edison yang harus melakukan percobaan hingga 1000 kali sampai akhirnya menemukan lampu bohlam.
Tubuh kecil tidak menghalangi tekad Deni Riswandani untuk melakukan advokasi di bidang lingkungan. Sarjana jurusan Sosiologi Universitas Tanjungpura Pontianak ini sudah biasa mendapat tekanan dan intimidasi di lapangan. “Kalau tidak kuat iman, orang seperti saya ini sangat mudah untuk dibungkam. Tetapi apabila kita berpikir sebagai masyarakat yang dikorbankan maka kita tidak boleh berhenti berjuang. Nasib suatu kaum hanya dapat diubah oleh dirinya sendiri”, kata Kang Deni tegas berkomitmen.
Tugas melakukan advokasi itu tidak ringan, karena pihak pemilik modal yang biasa mengotori DAS Citarum dapat berliku-liku dengan petugas, atau bahkan menganca dengan kekerasan. Bagi masyarakat korban kami sudah menawarkan jalan berdialog dan permohonan kepada pabrik-pabrik nakal tersebut. Jika jalan itu tidak mendapatkan titik temu rekan-rekan memilih untuk turun ke jalan dan berdemo menuntut perubahan.
Asal mula kisahnya sebagai aktivis dimulai ketika dirinya tergerak untuk melakukan advokasi terhadap masyarakat di lingkungannya sendiri di Majalaya yang bertetangga langsung dengan pabrik-pabrik industri. Permasalahan limbah industri yang tidak diolah dan langsung dibuang membuatnya tidak dapat mentolerir masalah itu. Sebagai warga Majalaya yang dilewati Sungai Citarum, bukan hanya limbah industri, tetapi juga sebagian daerahnya terendam banjir luapan Sungai Citarum. Hal yang terburuk terjadi pada tahun 1984, genangan banjir sangat luas, sehingga sawah-sawah gagal panen dan kerugian sangat besar.
Menyadari perlunya membuat sebuah organisasi yang berfungsi untuk melakukan pendampingan kepada masyarakat di bidang lingkungan, pada tahun 2008 rekan-rekan Kang Deni mendirikan organisasi Elemen Lingkungan (ELINGAN). Dengan melakukan kegiatan riil bersama dengan masyarakat seperti kegiatan daur ulang sampah, menyadarkan masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai. Selain itu tetap melakukan aksi-aksi advokasi lingkungan.
Pada tahun 2010, bersama rekan-rekannya sesama penggiat komunitas di hulu Sungai Citarum, terbentuklah Perhimpunan Kelompok Kerja (PKK) DAS Citarum, dimana Kang Deni merupakan ketuanya. PKK DAS Citarum terdiri dari 120 komunitas akar rumput di hulu Sungai Citarum dan menjalin kerjasama dan hubungan dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti badan pemerintahan dan swasta.
“Intinya kami sekarang ini terbuka dan mendukung upaya-upaya perbaikan lingkungan. PKK DAS Citarum terbuka dengan kerjasama dengan berbagai pihak dan juga ingin meningkatkan kapasitas dalam komunitas ini agar dapat bekerja lebih baik lagi. Tetapi kami akan tetap objektif dan siaga. Jika ada tindakan-tindakan pelanggaran dan hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan, maka tidak akan kami biarkan”. Itulah komitmen Kang Deni, salah satu tokoh peduli lingkungan di Sungai Citarum.
Sikap tegas dan gigih Kang Deni membuat ia mempunyai banyak musuh. Kecintaan Kang Deni terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar tempat tinggalnya membuatnya mempertahankan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan hidup. Tidak perlu untuk menjadi Van Damme atau Sylverster Stallone. Kang Deni yang berbadan kecil pun dapat berjibaku seperti layaknya Film Laga produksi Hollywood. Bahkan aksi laganya untuk menyelamatkan lingkungan tidak memerlukan polesan make up atau stuntman. Tetapi yang diperlukan oleh orang semacam Kang Deni adalah keikutsertaan masyarakat yang lebih luas untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Ciiiiaaaat, cukup tangguhkan anda untuk bergabung?
0 komentar:
Posting Komentar