Menyusuri Citarum, Mengagungkan Kebesaran Allah
MOMENTUM bulan suci Ramadan ini dinilai sebagai bulan penuh hikmah dan barokah serta ampunan dimanfaatkan oleh Ekologi Pesantren Nurul Bahri Al-Masoolih Kec. Katapang Kab. Bandung untuk memaknai nikmatnya sebagai khalifah di muka bumi. Mereka melakukan tadabur alam untuk memaknai semua ciptaan Allah swt yang ada di lingkungan sekitar. Karena sebagai manusia yang memiliki tanggung jawab akan besarnya manfaat alam semesta, harus sama-sama mencintai lingkungan sekitar.
Sebanyak 60 siswa SD, SMP, SMA/SMK/MA dari 13 kecamatan di Kab. Bandung ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Mereka berkonsentrasi di Ekologi Pesantren Nurul Bahri Al-Masoolih di Kp. Sukasari RT 01/RW 12, Desa Sangkan Hurip, Senin-Rabu (15-17/8).
Selain tadabur alam, mereka pun memonitor ekosistem Sungai Citarum, pawai obor, api unggun, peringatan Nuzulul Quran, sekaligus peringatan Kemerdekaan Indonesia. Studi belajar dan daur ulang sampah, juga menjadi fokus perhatian mereka.
Pimpinan Ekologi Pesantren Nurul Bahri, Ustaz Asep Setiawan, didampingi Koordinator Umum Perhimpunan Kelompok Kerja (PKK) Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Bandung Raya, Deni Riswandani menuturkan, kegiatan mulai ditekuni tahun 2003 hingga sekarang ini. Tetapi kegiatan yang dilakukan itu, tidak hanya di bulan yang penuh makna ini. Pada hari-hari biasa di luar bulan suci Ramadan juga kerap melakukan kegiatan serupa.
Dalam kegiatannya itu, Pesantren ini bekerjasama PKK DAS Citarum Bandung Raya dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum. Dengan keterlibatan mereka itu, pesantren ini tetap kegiatannya untuk membentuk hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Allah swt.
"Ini merupakan kegiatan rutin kami menyikapi masalah lingkungan. Pola kegiatannya pun melibatkan siswa SD-SMA/SMK/MA," kata Asep kepada "GM" disela-sela membina para siswa untuk mencintai lingkungan, Senin lalu.
Aaat para siswa menjalankan ibadah puasa, imbuh dia, mereka diajak untuk mempelajari dan menyikapi kondisi Sungai Citarum dari kacamata agama. Bagian dari penjabaran atau pengamalan syariah tentang masalah lingkungan.
"Sebab dalam pembelajaran agama juga disebutkan, tak hanya menciptakan hubungan antara manusia dengan Allah swt. Tetapi disebutkan pula ada pembelajaan hubungan antara manusia dengan alam semesta. Selain itu, hubungan antara manusia dengan manusia," tuturnya.
Karena itu, kata dia, salah satu cara untuk memperbaiki rusaknya lingkungan dan alam sekitar yaitu dengan cara mengubah prilaku manusia. Jangan sampai orang yang tidak bertanggung jawab secara moral merusak hutan yang berimbas buruk pada rusaknya aliran Sungai Citarum. Karena itu di bulan suci ini adalah kesempatan untuk mengubah pola pikir manusia yang tidak mencintai lingkungan.
"Karena sebagai khalifatu fil ardhi, wajib memelihara lingkungan. Memelihara lingkungan memiliki nilai ibadah, bukan untuk merusakanya. Itu sebagai amanah dari Allah swt," tandasnya.
Sebanyak 60 siswa SD, SMP, SMA/SMK/MA dari 13 kecamatan di Kab. Bandung ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Mereka berkonsentrasi di Ekologi Pesantren Nurul Bahri Al-Masoolih di Kp. Sukasari RT 01/RW 12, Desa Sangkan Hurip, Senin-Rabu (15-17/8).
Selain tadabur alam, mereka pun memonitor ekosistem Sungai Citarum, pawai obor, api unggun, peringatan Nuzulul Quran, sekaligus peringatan Kemerdekaan Indonesia. Studi belajar dan daur ulang sampah, juga menjadi fokus perhatian mereka.
Pimpinan Ekologi Pesantren Nurul Bahri, Ustaz Asep Setiawan, didampingi Koordinator Umum Perhimpunan Kelompok Kerja (PKK) Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Bandung Raya, Deni Riswandani menuturkan, kegiatan mulai ditekuni tahun 2003 hingga sekarang ini. Tetapi kegiatan yang dilakukan itu, tidak hanya di bulan yang penuh makna ini. Pada hari-hari biasa di luar bulan suci Ramadan juga kerap melakukan kegiatan serupa.
Dalam kegiatannya itu, Pesantren ini bekerjasama PKK DAS Citarum Bandung Raya dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum. Dengan keterlibatan mereka itu, pesantren ini tetap kegiatannya untuk membentuk hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Allah swt.
"Ini merupakan kegiatan rutin kami menyikapi masalah lingkungan. Pola kegiatannya pun melibatkan siswa SD-SMA/SMK/MA," kata Asep kepada "GM" disela-sela membina para siswa untuk mencintai lingkungan, Senin lalu.
Aaat para siswa menjalankan ibadah puasa, imbuh dia, mereka diajak untuk mempelajari dan menyikapi kondisi Sungai Citarum dari kacamata agama. Bagian dari penjabaran atau pengamalan syariah tentang masalah lingkungan.
"Sebab dalam pembelajaran agama juga disebutkan, tak hanya menciptakan hubungan antara manusia dengan Allah swt. Tetapi disebutkan pula ada pembelajaan hubungan antara manusia dengan alam semesta. Selain itu, hubungan antara manusia dengan manusia," tuturnya.
Karena itu, kata dia, salah satu cara untuk memperbaiki rusaknya lingkungan dan alam sekitar yaitu dengan cara mengubah prilaku manusia. Jangan sampai orang yang tidak bertanggung jawab secara moral merusak hutan yang berimbas buruk pada rusaknya aliran Sungai Citarum. Karena itu di bulan suci ini adalah kesempatan untuk mengubah pola pikir manusia yang tidak mencintai lingkungan.
"Karena sebagai khalifatu fil ardhi, wajib memelihara lingkungan. Memelihara lingkungan memiliki nilai ibadah, bukan untuk merusakanya. Itu sebagai amanah dari Allah swt," tandasnya.
Mengemban Amanah Sebagai Khalifatull Ardhi, Insya Allah Mewujudkan
Sumber Daya Air Yang Sehat dan Kuat Serta Terjaga
ISLAM adalah Diin yang Syaamil (Integral), Kaamil (Sempurna) dan Mutakaamil (Menyempurnakan semua sistem yang lain), karena ia adalah sistem hidup yang diturunkan oleh Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, hal ini didasarkan pada firman ALLAH SWT : “Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu dan AKU cukupkan atasmu nikmatku, dan Aku ridhai Islam sebagai aturan hidupmu”. (QS. Al-Ma’idah : 3). Oleh karena itu aturan Islam haruslah mencakup semua sisi yang dibuatuhkan oleh manusia dalam kehidupannya. Demikian tinggi, indah dan terperinci aturan Sang Maha Rahman dan Rahim ini, sehingga bukan hanya mencakup aturan bagi sesama manusia saja, melainkan juga terhadap alam dan lingkungan hidupnya.
Pelestarian alam dan lingkungan hidup ini tak terlepas dari peran manusia, sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana yang disebut dalam QS Al-Baqarah: 30 ”Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi”. Arti khalifah di sini adalah: “seseorang yang diberi kedudukan oleh Allah untuk mengelola suatu wilayah, ia berkewajiban untuk menciptakan suatu masyarakat yang hubungannya dengan Allah SWT, baik kehidupan masyarakatnya harmonis, dan agama, akal dan budayanya terpelihara”. Di samping itu, Surat Ar-Rahman, khususnya ayat 1-12, adalah ayat yang luar biasa indah untuk menggambarkan penciptaan alam semesta dan tugas manusia sebagai khalifah.
Ayat ini ditafsirkan secara lebih spesifik oleh Sayyed Hossein Nasr, dosen studi Islam di George Washington University, Amerika Serikat. dalam dua bukunya “Man and Nature (1990)” dan “Religion and the Environmental Crisis (1993)”, yang disajikan sebagai berikut:
“……Man therefore occupies a particular position in this world. He is at the axis and centre of the cosmic milieu at once the master and custodian of nature. By being taught the names of all things he gains domination over them, but he is given this power only because he is the vicegerent (khalifah.) of God on earth and the instrument of His Will. Man is given the right to dominate over nature only by virtue of his theomorphic make up, not as a rebel against heaven.” Jelaslah bahwa tugas manusia, terutama muslim/muslimah di muka bumi ini adalah sebagai khalifah (pemimpin) dan sebagai wakil Allah dalam memelihara bumi (mengelola lingkungan hidup)’
Allah SWT telah memperingatkan kepada umat manusia ”Janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi ini, sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S. AL-QHASHAS ;77).
Jika Umat Manusia tidak menuruti Perintah Allah SWT, maka yang terjadi adalah “Telah tampak kerusakan di darat dan lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia, sehingga Allah SWT menimpakan kepada mereka sebagai akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali kejalan yang lurus”. (Q.S AR-RUM ; 41).
Dan yang menjadi ketetapan Allah SWT adalah “,,, Sesungguhnya Allah SWT Tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri“ . ( Q.S AR-RA’D ; 11 ).
Mari menjaga dan memelihara Lingkungan Hidup dan Ekosistem kita bersama agar setiap mahluk mencapai tujuan penciptaannya dan manusia yang bertanggung jawab dituntut untuk mampu menghormati proses-proses alam yang sedang berjalan tanpa melakukan pengrusakan
Dokumentasi Kegiatan KLIK
Pelestarian alam dan lingkungan hidup ini tak terlepas dari peran manusia, sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana yang disebut dalam QS Al-Baqarah: 30 ”Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi”. Arti khalifah di sini adalah: “seseorang yang diberi kedudukan oleh Allah untuk mengelola suatu wilayah, ia berkewajiban untuk menciptakan suatu masyarakat yang hubungannya dengan Allah SWT, baik kehidupan masyarakatnya harmonis, dan agama, akal dan budayanya terpelihara”. Di samping itu, Surat Ar-Rahman, khususnya ayat 1-12, adalah ayat yang luar biasa indah untuk menggambarkan penciptaan alam semesta dan tugas manusia sebagai khalifah.
Ayat ini ditafsirkan secara lebih spesifik oleh Sayyed Hossein Nasr, dosen studi Islam di George Washington University, Amerika Serikat. dalam dua bukunya “Man and Nature (1990)” dan “Religion and the Environmental Crisis (1993)”, yang disajikan sebagai berikut:
“……Man therefore occupies a particular position in this world. He is at the axis and centre of the cosmic milieu at once the master and custodian of nature. By being taught the names of all things he gains domination over them, but he is given this power only because he is the vicegerent (khalifah.) of God on earth and the instrument of His Will. Man is given the right to dominate over nature only by virtue of his theomorphic make up, not as a rebel against heaven.” Jelaslah bahwa tugas manusia, terutama muslim/muslimah di muka bumi ini adalah sebagai khalifah (pemimpin) dan sebagai wakil Allah dalam memelihara bumi (mengelola lingkungan hidup)’
Allah SWT telah memperingatkan kepada umat manusia ”Janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi ini, sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S. AL-QHASHAS ;77).
Jika Umat Manusia tidak menuruti Perintah Allah SWT, maka yang terjadi adalah “Telah tampak kerusakan di darat dan lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia, sehingga Allah SWT menimpakan kepada mereka sebagai akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali kejalan yang lurus”. (Q.S AR-RUM ; 41).
Dan yang menjadi ketetapan Allah SWT adalah “,,, Sesungguhnya Allah SWT Tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri“ . ( Q.S AR-RA’D ; 11 ).
Mari menjaga dan memelihara Lingkungan Hidup dan Ekosistem kita bersama agar setiap mahluk mencapai tujuan penciptaannya dan manusia yang bertanggung jawab dituntut untuk mampu menghormati proses-proses alam yang sedang berjalan tanpa melakukan pengrusakan
Dokumentasi Kegiatan KLIK